MODEL KOMPETENSI
Dalam
sebuah system manajemen sumber daya manusia yang integrative, model kompetensi
tidak hanya menjiwai proses assessment, namun juga proses appraisal,
promosi-suksesi, kompensasi, serta pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia dalam organisasi. Selain itu, system rekrutmen dan pra seleksi pun
sangat dianjurkan untuk berpijak pada dimensi-dimensi kompetensi yang terungkap
dalam analisis jabatan. Misal, sebuah agen rekrutmen harus mampu menggunakan
analisis jabatan dalam membingkai iklan untuk memikat orang-orang dengan
kualitas yang disyaratkan.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa waktu dan sumber daya yang diinvestasikan pada
tahap ini akan membuahkan manfaat jangka panjang ke depan, dan setiap ketidak
akuratan dalam analisis kompetensi dapat merusak seluruh proses assessment dan
proses-proses pokok lainnya dalam manajemen sumber daya manusia berbasis
kompetensi.
A.
Struktur Model Kompetensi
Dimensi-dimensi
kompetensi dalam sebuah model kompetensi dapat disajikan dalam berbagai cara,
namun pada umumnya hanya ditampilkan dalam bentuk kerangka kerja terstruktur
sebagaimana gambar berikut ini:
Pada
gambar struktur di atas, terlihat bahwa indikator-indikator perilaku merupakan building blocks fundamental pada setiap
model kompetensi. Indikator-indikator perilaku tersebut dihimpun dan
diorganisasikan dalam berbagai dimensi kompetensi dalam bentuk sebuah daftar
(listing) ataupun dalam bentuk berjenjang dengan beberapa tingkatan (grading).
Dimensi-dimensi kompetensi yang saling berkaitan erat diorganisasikan dalam
kelompok-kelompok (cluster)
kompetensi. Beragam jenis unit tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.
Indikator
Perilaku
Unit
ini merupakan contoh-contoh perilaku yang akan diobservasi ketika individu
mendemonstrasikan kompetensi pada suatu bidang tertentu. Lazimnya sebagai
target pengamatan, indikator-indikator perilaku ini merupakan contoh perilaku
kompetensi yang efektif. Perilaku yang negative atau tidak efektif sering
disebut sebagai kontraindikator yang juga dapat dijadikan sebagai target
pengamatan, namun dalam praktiknya sangat jarang.
Sebagai
contoh, indikator perilaku untuk model kompetensi “Mengelola informasi” yang
dideskripsikan sebagai “Menghimpun dan menganalisis informasi” meliputi:
a.
Identifikasi dan
penggunaan sumber-sumber informasi secara tepat guna.
b.
Secara akurat
mengidentifikasi jenis-jenis dan bentuk informasi yang dibutuhkan.
c.
Memperoleh
informasi yang relevan dan memeliharanya dalam bentuk yang tepat guna.
2.
Dimensi
Kompetensi
Setiap
unit dimensi kompetensi merupakan kumpulan sejumlah indikator perilaku yang
saling berkaitan erat. Indikator-indikator tersebut diorganisasikan ke dalam
sebuah atau beberapa daftar, tergantung pada rentang atau level jabatan yang
dicakup model komptensi tersebut.
a.
Format tanpa
level
Merupakan
model kompetensi yang sederhana. Hanya meliputi jabatan-jabatan tertentu yang
menuntut perilaku serupa dan dapat terdiri dari hanya sebuah daftar indikator.
Dalam model ini, seluruh indikator perilaku akan berkaitan dengan semua
jabatan. Sebagai contoh, sebuah model
kompetensi spesifik yang hanya mencakup jabatan-jabatan manajemen senior dalam
sebuah organisasi dapat menyertakan indikator-indikator perilaku sebagai
berikut untuk mendeskripsikan dimensi kompetensi “Perencanaan dan
pengorganisasian”, antara lain:
1) Menyusun rencana-rencana
yang memilahkan prioritas-prioritas jangka pendek atau segera (satu minggu
hingga tiga bulan ke depan) dengan prioritas-prioritas jangka panjang (satu
tahun hingga tiga tahun ke depan).
2)
Menyusun
rencana-rencana yang memuat spesifikasi yang jelas mengenai tujuan-tujuan
departemen.
3)
Mengkoordinasikan
aktivitas-aktivitas departemen agar selaras dengan rencana-rencana bisnis
organisasi.
Dalam hal ini hanya
akan dibutuhkan sebuah daftar tunggal karena seluruh indikator perilaku yang
tercakup di dalamnya akan berlaku untuk keseluruhan jabatan manajemen senior.
b.
Format
berjenjang
Dalam
sebuah model kompetensi yang meliputi suatu rentang luas beragam jabatan dengan
derajat tuntutan yang berbeda-beda, indikator-indikator yang termuat dalam
setiap dimensi kompetensi dapat dipilah ke dalam beberapa daftar yang berbeda.
Dalam hal ini, daftar-daftra dapat disusun secara bertingkat dan setiap unitnya
disebut “Jenjang/ level/ grade”. Format ini memungkinkan pemuatan suatu rentang
yang cukup luas dalam suatu kompetensi yang dideskripsikan dan memang
diperlukan agar model kompetensi tersebut dapat mencakup suatu rentang aplikasi
yang luas dan meliputi suatu rentang luas jabatan atau peranan.
Sebagai
contoh, dimensi kompetensi “Perencanaan dan pengorganisasian” di atas dapat
relevan untuk peranan-peranan administrative maupun manajemen. Perilaku-perilaku
perencanaan dan pengorganisasian tersebut akan berbeda pada masing-masing
peran, namun format grading memungkinkan beberapa daftar indikator perilaku
perencanaan dan pengorganisasian tercakup dalam sebuah model kompetensi, yang
bertujuan untuk menghindari keharusan menyusun sejumlah model kompetensi yang
berbeda untuk setiap jabatan atau peranan. Penggunaan pendekatan ini
memungkinkan sejumlah dimensi kompetensi tertentu mempunyai beberapa jenjang
atau daftar indikator perilaku, sementara sejumlah lainnya tidak mempunyai
jenjang (hanya sebuah daftar) atau satu hingga dua level saja.
Metode
untuk melakukan sebuah penjenjangan (leveling/
grading) adalah dengan memilah
indikator-indikator perilaku ke dalam kelompok-kelompok atau daftar dan
melabelinya dengan kalimat yang mudah diingat. Berikut merupakan contoh-contoh
tipikal judul dimensi kompetensi:
·
Mengelola
hubungan interpersonal
·
Bekerja dalam
tim
·
Persuasi
·
Mengelola
informasi
·
Pengambilan
keputusan
·
Pengembangan
diri
·
Menciptakan dan
menyusun gagasan
·
Perencanaan dan
pengorganisasian
·
Mengembangkan
orang lain
·
Memimpin tim
Di samping sebuah
judul, lazimnya suatu model kompetensi menyertakan deskripsi untuk setiap
dimensi kompetensi yang termuat di dalamnya. Dalam hal ini terdapat dua
pendekatan yang berbeda, pendekatan pertama menyertakan sebuah ringkasan
perilaku-perilaku yang termuat dalam kompetensi tersebut. Sebagai contoh,
sebuah dimensi kompetensi “Perencanaan dan pengorganisasian” dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
“Mencapai
hasil-hasil melalui perencanaan dan pengorganisasian orang-orang dan sumber
daya untuk memenuhi target atau tujuan dalam waktu yang telah disepakati”.
Apabila dimensi-dimensi
kompetensi tersebut menyertakan ringkasan sebuah daftar indikator perilaku saja,
pendekatan ini dapat efektif. Sedangkan, pendekatan kedua menyajikan suatu
latar belakang dimensi kompetensi tersebut. Alih-alih sebuah ringkasan, yaitu
suatu deskripsi mengapa kompetensi tersebut penting bagi organisasi. Cara ini
paling efektif digunakan pada model kompetensi yang mengandung beragam level
indikator perilaku, karena sulit untuk membuat ringkasan yang dapat mencakup
seluruh peranan dalam organisasi dan seluruh indikator perilaku dalam dimensi
kompetensi tersebut. Sebagai contoh, sebuah dimensi kompetensi seperti
“Persuasi” dapat mempunyai lima jenjang. Pada jenjang pertama, kompetensi
persuasi sebagian besar hanya meliputi mempresentasikan argument-argumen dan fakta
dengan jelas untuk mendukung suatu proposal atau mendemonstrasikan focus dan
komitmen terhadap suatu produk. Pada level lain, persuasi meliputi penciptaan
dan penyampaian suatu visi untuk organisasi, atau mempengaruhi sector-sektor
pasar, dan lembaga-lembaga professional.
Persuasi dapat
dideskripsikan memperoleh komitmen dari pihak-pihak lain terhadap suatu gagasan
atau rencana tindakan melalui persuasi yang efektif merupakan hal esensial
untuk pembelajaran, penciptaan pengetahuan, atau konsep-konsep baru, inovasi,
pengambilan keputusan, yang lebih efektif, dan untuk memperoleh kepercayaan
dari pihak lain. Dalam berbagai hal, uraian di atas lebih bermanfaat daripada
ringkasan kompetensi karena mengindikasikan mengapa organisasi menghargai
kompetensi tersebut, juga memberikan gambaran sepintas mengenai lingkup dimensi
kompetensi tersebut.
3.
Kelompok
Kompetensi
Sebuah
competency cluster merupakan sebuah
himpunan dimensi kompetensi yang saling berkaitan erat, lazimnya tiga hingga
lima dimensi perkelompok. Pada umumnya, model kompetensi mempunyai
kelompok-kelompok kompetensi yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu sebagai
berikut:
a.
Berpikir, misal
analisis, sintesis, dan memutuskan
b.
Bertindak, misal
mencapai hasil
c.
Berinteraksi,
misal bekerja sama dengan orang lain
Seluruh kalimat dalam
model kompetensi harus sedapat mungkin mencerminkan bahasa yang khas digunakan
dalam organisasi. Dalam sebuah model kompetensi, dimensi-dimensi kompetensi
yang termuat di dalamnya terkelompok dalam empat cluster, antara lain:
a.
Bekerja dengan
orang/ manusia
b.
Bekerja dengan
informasi
c.
Mengembangkan
bisnis
d.
Mencapai hasil
Kelompok-kelompok
kompetensi lazimnya diberi judul semacam itu untuk membantu mengkomunikasikan
lingkup model kompetensi yang mewadahinya. Sejumlah kompetensi menyertakan
deskripsi cluster untuk
mengindikasikan karakteristik dimensi-dimensi kompetensi yang termuat di
dalamnya. Contoh: kelompok kompetensi “Bekerja dengan informasi” dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
“Bekerja dengan
informasi meliputi seluruh bentuk informasi dan analisis yang diperlukan untuk
menghasilkan keputusan terbaik yang disyaratkan dalam keseharian pelaksanaan
tugas untuk mencapai efektivitas dan efisiensi bisnis dalam organisasi”.
4.
Model Kompetensi
Istilah
ini merujuk pada himpunan lengkap kelompok-kelompok kompetensi, dimensi-dimensi
kompetensi (dengan atau tanpa jenjang), dan indikator-indikator perilaku. Model
kompetensi dapat memuat indikator-indikator perilaku yang sangat terperinci
bagi sebuah departemen tertentu, untuk suatu maksud spesifik untuk mewadahi
indikator perilaku generic yang sangat luas dan didesain untuk diaplikasikan ke
seluruh bagian dan jajaran organisasi atau bisnis untuk rentang atau ragam
tujuan yang luas. Derajat actual kerincian dalam suatu model kompetensi
bergantung pada tujuan aplikasinya.
Jumlah
dimensi kompetensi dalam sebuah model cukup banyak berkurang dalam beberapa
tahun terakhir. Di masa lalu, cukup lazim sebuah model kompetensi memuat 30
dimensi kompetensi atau lebih, sementara kini lebih lazim berisi tidak lebih
dari 20 dimensi, bahkan terkadang hanya delapan dimensi. Banyak diantara para
pengguna mendapati bahwa 8 hingga 12 atau paling banyak 16 dimensi merupakan
rentang jumlah yang paling efektif.
Model
kompetensi yang lebih besar sering disebabkan adanya uoaya untuk mencakup
seluruh informasi yang diperlukan untuk seluruh aplikasi dan peranan, termasuk
perincian tugas-tugas jabatan dan outputnya
di samping perilaku-perilaku.
Pengalaman
selama ini mengindikasikan bahwa akan lebih efektif menyusun sebuah model
kompetensi yang sifatnya umum atau generic untuk segala jabatan (namun tetap organization, specific, atau company specific), dengan panduan
mengenai bagaimana menggunakannya untuk beragam aplikasi.
Semakin
banyak dimensi kompetensi terkandung dalam sebuah model kompetensi, akan
semakin sulit implementasinya. Para assessor
akan menemui kesulitan, misal untuk menangkap perbedaan di antara berbagai
dimensi kompetensi, karena semakin banyak dimensi dalam sebuah model
kompetensi, maka akan semakin kecil pula perbedaan di antara dimensi-dimensi
kompetensi tersebut. Di samping itu, proses dokumentasi akan menjadi lebih
banyak dan akan merusak selera para pengguna. Ketebalan sebuah dokumen sering
berbanding terbalik dengan jumlah orang yang membacanya. Semakin banyak
halamannya, maka semakin sedikit pembacanya.
Apabila
seluruh dimensi dalam sebuah model kompetensi berkaitan dengan seluruh jabatan
dalam sebuah organisasi, model tersebut sering disebut “Model kompetensi inti”.
Model kompetensi jenis ini tidak mencakup kompetensi-kompetensi yang membedakan
sebuah jabatan dengan jabatan lainnya dalam suatu kelompok jabatan yang menjadi
landasan desain model tersebut. Model kompetensi inti mewadahi dimensi-dimensi kompetensi
yang memuat perilaku-perilaku yang sama terkandung dalam seluruh jabatan atau
kelompok jabatan dalam sebuah organisasi.
Indikator-indikator
perilaku dalam sebuah “Kompetensi inti” bersifat generic dan perlu dimodifikasi
lebih lanjut untuk menjadikannya spesifik terhadap jabatan atau aplikasi
tertentu. Sebagai contoh, sebuah dimensi kompetensi dengan label “Pengambilan
keputusan” (dalam cluster bekerja dengan informasi) mempunyai indikator
perilaku pada jenjang I sebagai berikut:
·
Mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan sewaktu diperlukan
·
Mendapatkan dan
menggunakan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan
·
Secara teratur
mereview dan menyepakati lingkup pengambilan keputusan untuk posisinya
·
Menyampaikan
keputusan kepada orang lain pada saat yang tepat
Deskripsi tersebut
bersifat generik. Jika Asesmen dilakukan terhadap kinerja seorang pemegang
jabatan dalam sebuah jabatan tertentu, maka harus dipergunakan contoh-contoh
perilaku yang spesifik dengan jabatan tersebut. Misal, untuk pemegang jabatan customer service indikator-indikator
tersebut dapat berbunyi sebagai berikut:
· Mengikuti
prosedur customer service sebagaimana
disyaratkan
· Mendapatkan dan menggunakan informasi dari database customer service, manual prosedur customer service, dan menyiapkan referensi bagi pihak lain untuk pengambilan keputusan
· Tidak membuat keputusan di luar level otoritas yang telah ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA
Prihadi, S. (2004). Assessment centre: identifikasi, pengukuran, dan pengembangan kompetensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Komentar
Posting Komentar