MENGUKUR KOMPETENSI
Terdapat
beberapa macam metode yang dapat digunakan oleh stakeholder untuk mengukur kompetensi. Dalam rangka menghasilkan
akurasi yang tinggi, maka dapat dilakukan pengukuran dengan mengkombinasikan
beberapa metode sekaligus. Berikut ini merupakan penjabaran mengenai metode
yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi, antara lain:
1.
Metode Wawancara
Metode
wawancara merupakan metode untuk menggali informasi langsung dari klien/ asesi/
testee/ interviewee/ calon pegawai dengan teknik tanya jawab tertentu
berdasarkan panduan wawancara yang telah disusun sebelumnya, serta didukung
dengan memanfaatkan data dan informasi yang diperoleh melalui metode lainnya
dan hasil observasi perilaku non-verbal yang ditunjukkan oleh klien/ asesi/
testee/ interviewee/ calon pegawai selama pelaksanaan wawancara. Terdapat
beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanaan wawancara, antara lain:
a.
Behavioral Event Interview (BEI)
Teknik
wawancara BEI (Behavioral Event Interview)
merupakan teknik tanya jawab berdasarkan panduan wawancara yang telah disusun
sebelumnya dimana item pertanyaan yang dirancang harus mampu mengarahkan klien/
asesi/ testee/ interviewee/ calon pegawai untuk memunculkan dan menjawab
seluruh pertanyaan dengan jelas, menyeluruh, dan faktual.
Teknik
ini memiliki tingkat akurasi cukup tinggi dalam mengidentifikasi kompetensi
yang dimiliki oleh individu. Prinsip BEI yang juga sering disebut dengan competency based interview adalah
mencari data yang detail dari pengalaman masa lalu kandidat mengenai:
1) Apa yang
dilakukan oleh kandidat pada situasi tertentu dan bukan apa yang mungkin
dilakukan.
2) Apa yang
dirasakan dan dipikirkan oleh kandidat pada situasi tertentu.
Hal-hal yang pernah
dilakukan merupakan bukti terbaik apakah individu memiliki kompetensi atau
tidak. Setiap hasil wawancara selanjutnya dibuat transkip dan dilakukan coding oleh interviewer, yaitu mengidentifikasi tingkat kompetensi yang
dimiliki oleh interviewee, mengacu
kepada skala yang ada pada model kompetensi. Melalui teknik ini, tidak sekedar
dapat diidentifikasi bahwa individu memiliki tingkat kompetensi tertentu,
melainkan dapat pula digunakan untuk menentukan tingkatan/ level/ kompetensi
yang tepat bagi individu tersebut.
b.
Wawancara
Simulasi
Pada
teknik wawancara ini, interviewer menciptakan
suatu kondisi dimana klien/ asesi/ testee/ interviewee/ calon pegawai berbicara
secara perorangan dengan salah satu peran yang dimainkan sebagai bawahan,
kolega, atau pelanggan. Teknik ini merupakan adopsi dari teknik role playing.
c.
Oral Presentation
Pada
teknik ini, klien/ asesi/ testee/ interviewee/ calon pegawai diminta untuk
mempresentasikan suatu kasus hasil analisis atau suatu topik yang telah
disiapkan, yang selanjutnya dikonfrontasikan dengan asesor/ tester/
interviewer. Melalui teknik ini klien/ asesi/ testee/ interviewee/ calon
pegawai ditempatkan dalam situasi yang menekan dengan cara diuji
pendapat-pendapatnya. Dalam presentasi ini, setiap kandidat difasilitasi oleh
peralatan yang mendukung, seperti flip
chart, marker pen, transparencies, overhead projector, dan lain sebagainya, sehingga melalui cara ini
dapat dilihat bagaimana kandidat mendayagunakan resources yang ada.
2.
Metode
Assessment Center
Metode
assessment center merupakan suatu metode dimana klien/ asesi/ testee/ interviewee/
calon pegawai diminta untuk melakukan suatu aktivitas yang berkaitan dengan
situasi riil dalam pekerjaan. Perilaku atau tindakan yang muncul dalam proses
ini selanjutnya dijadikan sebagai bahan yang diobservasi/dipelajari dan dinilai
oleh asesor/ tester. Beberapa aktivitas yang biasanya dilakukan, antara lain
sebagai berikut:
a.
In Basket
In basket merupakan suatu simulasi dimana masing-masing
kandidat dihadapkan dengan berbagai kertas kerja yang tersedia dalam suatu
tempat kerja manajer. Tumpukan kertas ini menyangkut memo-memo, surat-surat,
laporan, pengumuman, permohonan-permohonan, dan berbagai informasi lain yang
perlu diselesaikan. Masing-masing kandidat diberikan sebuah kalender, latar
belakang masalah, instruksi umum, kertas, dan pensil untuk menanggapi atau
menyelesaikan pekerjaan tersebut tanpa dibantu oleh sekretaris atau fasilitas
telepon. Dalam hal ini, kandidat diminta untuk menuliskan instruksi yang
dianggap perlu, draft surat, membuat keputusan, menyusun pertemuan, yang seluruhnya
dilakukan dalam waktu yang singkat. Dengan waktu yang singkat ini, kandidat
ditempatkan dalam situasi yang memaksa mereka untuk menentukan prioritas dan
membuat suatu keputusan. Melalui teknik ini, asesor/ tester dapat menilai
dimensi delegasi, perencanaan, pengorganisasian, kontrol, dan penilaian.
b.
Leaderless Group Discussion
Pada
metode ini, asesor/ tester menciptakan suatu kondisi dimana empat sampai dengan
delapan kandidat diberikan beberapa permasalahan untuk diselesaikan dalam suatu
periode waktu tertentu, umumnya satu jam. Para kandidat diminta untuk
mendiskusikan masalah tersebut dan menyiapkan rekomendasi tertulis yang telah
disetujui oleh semua anggota. Teknik ini cukup efektif untuk menilai keahlian
kepemimpinan dalam kelompok, bagaimana kemampuan masing-masing kandidat
memberikan kontribusi, menyampaikan gagasan, dan mengarahkan proses diskusi.
c.
Business Games
Pada
metode ini, asesor/ tester memberikan tes dengan tingkat kompleksitas yang
berbeda-beda, seperti contoh:
1) Satu jam
simulasi operasi usaha manufacturing dilaksanakan oleh suatu tim dengan enam
pimpinan departemen.
2) 30 menit
simulasi stok penjualan yang dilakukan oleh tiga anggota tim.
3) Satu jam dengan
menggunakan computer dimana simulasi dilakukan dengan melibatkan sekitar 20
manajer dari berbagai divisi yang ada.
Simulasi ini dibiarkan
bersifat alamiah dimana setiap kandidat dapat berinteraksi secara bebas baik
antar anggota dalam kelompok ataupun dengan atasan yang terlibat. Dalam
simulasi jenis ini asesor/ tester dapat menilai beberapa dimensi kemampuan,
seperti perencanaan strategic, kerja tim, dan kepemimpinan.
d.
Management Role Play
Pada
metode ini, kandidat akan diberikan suatu peran tertentu untuk merespon suatu
permasalahan sesuai dengan tuntutan skenario yang dibuat. Dari role play ini diharapkan setiap kandidat
menampakkan perilaku yang dapat diobservasi dan dicatat oleh asesor/ tester
untuk kemudian diterjemahkan ke dalam kompetensi yang sesuai.
3.
Metode
Assignment
Metode
ini merupakan metode evaluasi dengan cara memberikan penugasan kepada klien/
asesi/ testee/ interviewee/ kandidat yang dapat berupa analisa terhadap kasus,
evaluasi diri, atau tugas-tugas lain yang dapat menampilkan potensi dan kompetensi
perilaku klien/ asesi/ testee/ interviewee/ calon pegawai. Adapun metode
assignment, antara lain:
a.
Written Case Analysis
Pada metode
jenis ini kandidat diberi bahan bacaan terkait dengan permasalahan yang
dihadapi oleh organisasi, baik menyangkut masalah finansial, system, atau
proses kerja, dan lain sebagainya untuk dianalisis oleh masing-masing kandidat
dan memberikan rekomendasi kepada manajemen.
b.
Fact Finding
Pada metode ini,
kandidat diminta untuk membaca sejumlah informasi yang terbatas terkait dengan
suatu permasalahan, selanjutnya kandidat diberi kesempatan untuk mendapatkan
informasi tambahan dengan cara menanyakan langsung kepada orang yang memiliki
informasi, dalam hal ini individu yang terlatih untuk memberikan informasi atau
asesor/ tester sendiri.
4.
Metode Inventory
Terdapat
beberapa teknik dalam metode penilaian kompetensi inventory, antara lain sebagai berikut:
a.
Tes Psikometrik
Tes psikometrik merupakan metode konstruksi tes secara statistik yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta mempunyai norma pengukuran yang telah terstandardisasi. Terdapat beberapa macam tes yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi, seperti IST (Intellegenze Structure Test) untuk mengidentifikasi skor IQ individu melalui beberapa subtes yang dapat mencerminkan kemampuan analogi, konseptual, dan lain sebagainya.
b.
Personal Track Record & References
Metode ini
merupakan metode penilaian kompetensi yang dilakukan melalui penggalian data klien/
asesi/ testee/ interviewee/ kandidat berdasarkan kualifikasi, pengalaman kerja,
identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dilakukan dengan mengisi
sejumlah pertanyaan di dalam form yang
telah dibakukan.
c.
Self Assessment
Metode ini merupakan metode penilaian kompetensi yang dilakukan melalui penilaian mandiri terhadap beberapa item pernyataan yang relevan dengan kodisi jabatan saat ini maupun proyeksi terhadap jabatan yang dirancang untuk perusahaan.
5. Metode Proyektif
Metode ini merupakan penilaian kompetensi yang dilakukan untuk memunculkan aspek yang berkaitan dengan efektivitas pengelolaan diri pribadi. Sebagai catatan, metode inventory dan proyektif merupakan metode pengukuran kepribadian yang mendukung beberapa aspek kompetensi dengan menggunakan pendekatan psikotes.
DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari, S. L. (2019). Human capital MSDM. Jakarta: CV Penerbit Qiara Media.
Ahmad, G. (2015). Arsitektur assessment center. Jakarta: PT. Grasindo.
Komentar
Posting Komentar